Hey, sobat sedikit info. Kali ini saya ingin kasih tau sejarah singkat tentang pemberontakan G30 S PKI. Ok langsung saja kalau begitu.
Apa yang dimaksud dengan ? Berbagai macam sebutan dari G 30
S PKI INI yaitu :
1.Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S
PKI, G-30S/PKI),
2.Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh),
3.Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa
yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai
di awal 1 Oktober 1965 di saat tujuh
perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam
suatu usaha percobaan kudeta
Sejarah singkat :
Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tanggal 18 September
1948 pernah melakukan pemberontakan terhadap Pemerintah RI di Madiun.
Tujuannya ingin mendirikan negara komunis dengan jalan kekerasan dan
pembunuhan. Pada waktu itu banyak para ulama, TNI, tokoh masyarakat serta
rakyat yang tidak berdosa lainnya menjadi korban kebiadabannya. Meskipun PKI
waktu itu telah berhasil ditumpas oleh TNI bersama rakyat yang setia kepada
Pancasila, namun diyakini mereka yang tersisa masih tetap berbahaya, dan
akarnya bisa tumbuh sewaktu-waktu.
Sejak tahun 1950. PKI berhasil ikut dalam kehidupan partai politik, terutama
pada masa Demokrasi Terpimpin. Setelah berhasil dengan usahanya tersebut,
mereka berhasil pula mempengaruhi negara dan rakyat dengan tipudaya, bujukan
dan hasutan yang tidak betanggung jawab.
Hingga Sampai pada tahun 1965 anggotanya berjumlah sekitar
3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol
pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9
juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani),
organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih
dari 20 juta anggota dan pendukung.
Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha memprovokasi
bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dengan polisi dan militer.
Pemimpin-pemimpin PKI juga menginfiltrasi polisi dan tentara dengan slogan
"kepentingan bersama" polisi dan "rakyat". Pemimpin PKI DN Aidit mengilhami
slogan "Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan Agustus 1964, Aidit
menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari "sikap-sikap
sektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang dan
seniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subjek karya-karya
mereka.
Selain itu mereka juga menyebarluaskan desas desus atau
kabar bohong dengan memberitakan bahwa Dewan Jenderal akan melakukan perebutan
kekuasaan pemerintah.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan
petani bergerak merampas tanah yang bukan hak mereka atas hasutan PKI.
Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dengan polisi dan para pemilik
tanah.
Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI yang
menyatakan bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli tanah siapapun
(milik negara = milik bersama). Kemungkinan besar PKI meniru revolusi Bolsevik
di Rusia, di mana di sana rakyat dan partai komunis menyita milik Tsar dan
membagi-bagikannya kepada rakyat.
Sebelum subuh tanggal 1 Oktober 1965 Gerakan 30 September
PKI mulai melancarkan aksinya. mereka melakukan penculikan terhadap beberapa
perwira TNI Angkatan Darat. Penculikan dilakukan oleh Pasukan Cakrabirawa.
Pasukan ini dikenal sebagai Pasukan Pengawal Presiden. Para Jenderal yang
mereka culik itu dianiaya terlebih dahulu sebelum dibunuh. Setelah itu
jenazahna mereka masukan ke dalam sumur tua di daerah Lobang Buaya, Jakarta
Timur.
Adapun korban yang berpangkat tinggi dari pemberontakan G 30
S PKI adalah sebagai berikut :
1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II
Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
3. Mayjen TNI Mas
Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan
dan Pembinaan)
4. Mayjen TNI Siswondo
Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
5. Brigjen TNI Donald
Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur
Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
Jenderal TNI Abdul
Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya
pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan
dia, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha
pembunuhan tersebut.
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok
Gede, Jakarta yang
dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
1. Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
2. Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
3. Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
1. Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
2. Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
3. Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
Pasca pembunuhan beberapa perwira TNI AD, PKI mampu
menguasai dua sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan
Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi yang
terletak di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI, PKI menyiarkan pengumuman
tentang Gerakan 30 September yang ditujukan kepada para perwira tinggi anggota
“Dewan Jenderal” yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah. Diumumkan
pula terbentuknya “Dewan Revolusi” yang diketuai oleh Letkol Untung Sutopo.
Di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan
terhadap Kolonel Katamso (Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel
Sugiyono (Kepala Staf Korem 072/Yogyakarta). Mereka diculik PKI pada sore hari
1 Oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara tegas menolak
berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pada tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan
sekretaris jenderal PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan Revolusioner oleh
para "pemberontak" dengan berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim di
Jakarta untuk mencari perlindungan.
Pada tanggal 16 Oktober 1965,
Sukarno melantik Mayjen Suharto menjadi Menteri/Panglima Angkatan
Darat di Istana Negara. Berikut kutipan amanat presiden
Sukarno kepada Suharto pada saat Suharto disumpah :
Saya perintahkan kepada Jenderal Mayor Soeharto, sekarang
Angkatan Darat pimpinannya saya berikan kepadamu, buatlah Angkatan Darat ini
satu Angkatan daripada Republik Indonesia, Angkatan Bersenjata daripada
Republik Indonesia yang sama sekali menjalankan Panca Azimat Revolusi, yang
sama sekali berdiri di atas Trisakti, yang sama sekali berdiri di atas Nasakom,
yang sama sekali berdiri di atas prinsip Berdikari, yang sama sekali berdiri
atas prinsip Manipol-USDEK.
Manipol-USDEK telah ditentukan oleh lembaga kita yang
tertinggi sebagai haluan negara Republik Indonesia. Dan oleh karena
Manipol-USDEK ini adalah haluan daripada negara Republik Indonesia, maka dia
harus dijunjung tinggi, dijalankan, dipupuk oleh semua kita. Oleh Angkatan
Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Kepolisian Negara. Hanya jikalau
kita berdiri benar-benar di atas Panca Azimat ini, kita semuanya, maka barulah
revousi kita bisa jaya.
Soeharto, sebagai panglima Angkatan Darat, dan sebagai
Menteri dalam kabinetku, saya perintahkan engkau, kerjakan apa yang
kuperintahkan kepadamu dengan sebaik-baiknya. Saya doakan Tuhan selalu beserta
kita dan beserta engkau!
Sementara itu DN Aidit, tokoh pimpinan PKI yang juga dalang
pemberontakan G 30 S/PKI tertewas di Surakarta sewaktu berusaha akan melarikan
diri ke Rusia. Dengan terjadinya peristiwa tersebut, jelas bahwa PKI masih
merupakan bahaya nyata yang ingin terus berusaha merebut kekuasaan Pemerintah
RI yang sah. Karena itu PKI harus lenyap dan tidak boleh hidup di negara
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Untuk memperingati dan menghargai jasa para pahlawan revolusi yang gugur akibat
kekejaman G 30 S/PKI maka Pemerintah membangun Tugu Peringatan Monumen
Pancasila Sakti di daerah Lubang Buaya (tempat terjadinya peristiwa).
Pemerintah kemudian menetapkan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian
Pancasila.
Sumber : Wikipedia, dan google.
Mungkin itu sedikit info dari saya tentang Sejarah Pemberontakan G30 S PKI. Apabila ada tutur kata - kata yang kurang berkenan di hati
anda mohon maafkan saya. Dan sebaliknya apabila info ini bermanfaat jangan lupa
dishare ke yang lain.
EmoticonEmoticon